Sabtu, 27 Juli 2013

Sahabat

Sahabat pergi menjauhi diri
Seolah waktu yang terlewati tak berarti lagi
Bilakah salah diri memberi solusi
Haruskah emosi menguasai hati?

          Sahabat pergi dengan pilihan hati
          Yang diyakini sebuah cinta sejati
          Jiwa raga kami tak mungkin hambati
          Dua sejoli yang memadu kasih

Sahabat pergi dengan pilihan hati
Yang tak mungkin kami halangi
Kami tak mungkin menghakimi
Kar'na tak adanya hak dan nyali
Hanya satu yang kami sesali
Mengapakah harus menjauhi kami?

          Sahabat pergi mungkin akan kembali
          Saat itu akan hadir diantara kami
          Saat emosi mencair dari diri
          Kami akan menunggu disini
          Dengan harapan yang selalu menghampiri
          Bahwa persahabatan tak kan mati
          Meskipun raga dan jiwa berpisah diri


Kamis, 07 Maret 2013

PERIH

Kau tak tahu rasanya jadi aku. Ya, aku pahami itu, karena aku juga tidak pernah tahu rasanya jadi dirimu. Tetapi, tidakkah kau sadari perbuatanmu itu selalu menyakitiku. Ya, mungkin aku juga tak menyadari perbuatanku yang menyakitimu. Apakah ini adil buat kita? Kuharap begitu.

Terkadang sikapmu padaku terlalu mengintimidasiku, menekanku hingga aku terpuruk di dasar yang terdalam. Aku tak tahu mengapa kau sanggup melakukannya. Satu yang ku tahu, aku tak pernah bisa melawanmu. Aku ingin, bahkan sangat ingin untuk melawanmu. Menyatakan betapa aku tertekan didekatmu, menyatakan kau tak pernah perduli padaku, menyatakan aku benci berada di dekatmu. Tetapi, aku begitu lemah, begitu pengecut, pecundang alias penakut, yang hanya berani menuliskan isi hatiku di dunia maya ini. Di sebuah blog yang belum kau ketahui, ya, kau belum mengetahuinya. Tetapi, suatu saat nanti ku tahu kau akan tahu. Kuharap kau tak terlalu percaya diri, menganggap tulisan ini untukmu. Ehmmm... jangan, jangan berpikir tulisan ini untukmu. Berpikirlah kau yang terbaik untukku. Maka, semuanya akan baik-baik saja.

Sempat ku berpikir untuk mengakhiri ini semua, tapi aku tak sanggup. Karena aku sudah terlalu sering merasakan sakit ini. Sehingga aku menganggap ini semua hanyalah pelatihan darimu. Kuharap ku mampu melaluinya sampai akhir nanti. 

Tak ada niat sedikit pun untuk meminta belas kasihanmu. Tidak, aku tidak perlu akan hal itu. Cukup rasa sakit itu. Tak ingin hal lain dari dirimu. Disini, di tempat ini kuingin bertahan. Bertahan melalui semua hal bersamamu, berharap suatu saat nanti kau akan menyembuhkan luka hati ini. Walaupun luka ini tak kunjung sembuh, tak mengapa. Aku akan tetap mengatakan padamu, aku tidak pernah terluka.


Kamis, 24 Januari 2013

Puisi ini

Ku tulis puisi ini...
Di pagi hari yang sepi
Saat rembulan belum menepi


Ku tulis puisi ini...
Buat kau sang pangeran hati
Yang t'lah melangkah pergi
Bahkan sebelum sempat mengisi hati


Ku tulis puisi ini...
Untukku sendiri
Yang begitu emosi tak terkendali
Membiarkan hampa diri
Sekali lagi... tanpa henti...